Headlines

Remaja

Tokoh

Ukhty Sholihah

» » Tanya Hatimu



“Mintalah fatwa pada dirimu, mintalah fatwa pada hatimu wahai Wabishah, Nabi mengulangnya tiga kali. Kebaikan adalah yang membuat jiwa dan hati tenang. Dosa adalah yang terasa tidak karuan dalam jiwa dan bimbang dalam dada.” (HR. Ahmad)
“Istafti qolbak, wa in aftauka wa in aftauka. Mintalaha saran pada hatimu, meski orang telah memberi saran kepadamu, meski orang telah memberi saran kepadamu, meski orang telah memberi saran kepadamu.”(HR. Ahmad bin Hanbal dari Wabishah)
Istafti qolbak adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan sebuah keadaan, dimana seseorang sesungguhnya telah mengenal halal dan haram. Akan tetapi ada dorongan yang kuat dari jiwanya untuk mengerjakan yang haram. Pada saat itu, adalah waktu yang tepat untuk meminta fatwa kepada hati kita sendiri.
Fatwa yang dimaksud bukan lagi yang menjelaskan mana yang halal dan mana yang haram, dengan dalil-dalilnya. Fatwa itu adalah fatwa yang bersifat perang batindi dalam jiwa seseorang. Sebab sejahat-jahatnya manusia, sesungguhnya di lubuk hatinya yang terdalam terdapat kebaikan. Namun terkadang kebaikan itu tertutupi oleh nafsu, syahwat dan amarah angkara murka.
Terkadang suara hati harus dikedepankan dari saran kebanyakan manusia, karena di dalam jiwa terdalamnya terdapat kebaikan. Bahkan seorang atheis yang tidak percaya adanya tuhan, di saat terancam, akan berdo’a dan tiba-tiba saat itu mereka punya tuhan.
Itulah hati nurani yang paling dalam, yang kadang lenyap ditelan nafsu angkara murka. Pada saat seseorang mempunyai ilmu dan bisa membedakan halal dan haram, tapi masih melanggar dan menganggap sepele hukum Allah, kita katakan kepadanya,”Mari, kita ajak bicara hati nuranimu”.
Suara hati nurani sejatinya merupakan bisikan ketakwaan dan kehormatan al-wara’. Orang yang di dalam hatinya muncul rasa pengingkaran terhadap dosa adalah orang yang di lapangkan oleh Allah SWT. Sedangkan masukan orang lain sering kali berdasarkan dugaan semata.
Namun, jika fatwa seseorang didukung dengan dalil syar’i yang kuat, maka seorang muslim hendaknya mengikuti fatwa tersebut, meskipun dia berat menerimanya. Dan ingatlah “DI RELUNG HATIMU, TERDAPAT KEIMANAN YANG TERTANAM.” (Mutiara Amaly vol 119 dengan beberapa perubahan)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply