Headlines

Remaja

Tokoh

Ukhty Sholihah

» » Putus Cinta, Setelah Semuanya Hilang



Saya kemarin berpacaran dengan teman SMP saya. Waktu SMP dia pernah menyatakan cintanya kepada saya, tetapi saat itu saya menolaknya. Sekarang, saya dan dia sama-sama sudah kuliah disatu kampus. Kami mulai dekat kembali dan berpacaran.
Dia pernah mengatakan mau berhubungan intim pertama kalinya dengan saya. Dia bilang,”Umurku 20 tahun, tapi aku belum pernah ngerasain ML, aku pengen pertama ngelakuinnya sama kamu. Temen-temen hampir semua udah pernah ngelakuin. Aku pengen ngerasain pertama sama kamu.”
Lalu saya jawab,”Nggak mau, ini buat suami aku nantinya.”
Terus dia jawab lagi,”Apa kamu gak percaya, kalo nantinya aku itu bakal jadi suami kamu??”
Saya bilang,”Kita belum tahu kedepannya hubungan kita jadi atau enggak, bisa aja kan tiba-tiba putus??”
Dia berani meminta hubungan intim di awal pacaran. Minggu pertama pacaran. Disitu saya menolak habis-habisan.
Suatu ketika, saya pergi nonton Midnight sama dia. Pas di Bioskop dia ngajakin saya ke Hotel, tetapi saya nggak mau. Pulangnya, karena sudah malam, sekitar jam 12 malam, dia meminta untuk mengobrol di atas balkon rumah saya. Nah, dari situ awal mulanya saya memberikan kehormatan saya.
Entah setan mana yang merasuki saya, setelah kejadian itu saya langsung menangis. Kemudian dia bilang janji gak akan ninggalin saya. Karena di awal pacaran dia bilang gak ada kata putus. Saya percaya dengan ucapannya.
Tiga kali saya melakukan perzinahan itu. Keempat kalinya saya menolak, dan dia langsung marah besar. Saya tanya,”Kamu serius gak sihh sama hubungan ini??”
Dia jawab,”Ribet banget sih lu, tinggal jalanin doank..”
Saya mulai menyadari bahwa semua ucapan yang pernah dia ucapkan itu bohong. Katanya mau serius. Katanya gak ada kata putus. Katanya pacaran gak mau kayak anak kecil yang sebentar-sebentar putus.
Dia marah dan ngambek, saya didiemin tiga sampai empat hari karena tidak saya kasih. Saya telepon gak diangkat, SMS dan BBM gak dibales. Sekalinya dibaca, gak dibales ama dia.
Sebenarnya aku tidak mau putus dengannya. Tetapi sikap dia mulai berubah, semakin dingin dan cuek, tidak care sama saya. Dan yang menurut saya lebih menyakitkan, dia tidak mau memperkenalkan saya dengan orang tuanya, main ke rumahnya saja tidak boleh.
Saya mulai gak kuat ngadepin dia. Dan akhirnya saya putuskan dia, setelah dia berhasil mengambil keperawanan saya.
Mungkin teman-teman menganggap tulisan ini berlebihan atau mungkin mendramatisir. Tapi perlu diketahui, hal seperti ini sudah banyak terjadi dan ini merupakn kisah nyata yang dikisahkan oleh seorang perempuan pada sebuah tweetnya.
Seringkali suatu kenyataan dinyatakan mitos, sampai kenyataan itu menimpa yang meragukannya. Bila yang menimpa itu reversible, mungkin masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.
Nah, bagaimana jika yang menimpa adalah sesuatu yang tidak bisa kembali lagi, irreversible?? Tidak terganti, bayangkan mana yang lebih mulia?? Menjaga diri agar tidak terjadi? Atau membiarkannya saja hingga terjadi dan kita akan menyesal?? Dan saya yakin, anda sudah punya jawabannya sendiri. (dirilis dari kisah nyata dalam tweetnya)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply